Sesuatu hal yang wajib diketahui dalam Islam bahawa Al-Qur’an dipelihara langsung oleh Allah SWT., sedang kitab-kitab samawi lainnya diwakilkan pemeliharaannya kepada para pemeluknya. Sebab itu kitab samawi lain dapat diselewengkan, tetapi Al Qur’an selalu terpelihara. Allah SWT., berfirman tentang Taurat:
يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ
Artinya: “Dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.” (Q.S al-Maidah : 44)
Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan “Taurat”, diserahkan kepada penerima Taurat tersebut akan tetapi Al-Qur’an dipelihara oleh Allah sesuai dengan firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya: “Sesunggunya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S al-Hijr : 9)
Maka Al-Qur’an yang dibaca secara ‘mutawatirah”, (segenap cara) telah dsepakati umat Islam dari masa sahabat sampai sekarang. Berbeda dengan anggapan Syiah Al-Itsna Asyatiyah, ulama’nya sejak dahulu sampai sekarang bersepakat bahwasanya Al-Qur’an telah diselewengkan, diubah dan mengalami perubahan dan pengurangan.
Di kalangan Syiah, mereka tetapkan tokoh-tokoh pengarang sendiri, seperti ahli hadits yang paling mereka percaya Al-KULAINI di dalam bukunya “Al-Kafi”. Tokoh puncak ahli hadits mereka Muhammad Baqir Al-Majlisi di dalam bukunya “MIRA’TUL UQUUL”; dan Ensiklopedia besarnya “Biharul Anwar.” Seperti disebutkan oleh Al-Kulaini sejumlah riwayat yang mereka percaya tentang penyimpangan Al Qur’an di antaranya riwayat yang dinisbatkan kepada Ja’far bin Muhammad As-Shadiq. Ia berkata: “Sesungguhnya pada kami ada mushaf Fathimah Alaihas Salam dan tahukah mereka mushaf Fathimah? Suatu mushaf yang terdapat di dalamnya tidak ada satu pun dari Al-Qur’an kalian”(1)
Syaikh Al-Mufid adalah guru para ulama’ Syiah Al-Imamiyah yang hidup di abad 4 hijriyyah. Ia menisbatkan pandangan akan penambahan dan pengurangan kandungan Al-Qur’an kepada sekelompok besar para tokoh mutakallimin Al-Imamiyah, ahli fiqh dan ahli I’tibar di kalangan mereka sendiri.
Penghujung ahli Hadits Syiah Muhammadd Baqir Al-Majlisi berkata: “Sesungguhnya banyak khabar yang jelas tentang pengurangan Al-Qur’an dan perubahannya adalah mutawatirah secara ma’na, sedang pembeberannya secara keseluruhannya mewajibkan bersandar kepada khabar-khabar secara langsung, bahkan saya beranggapan bahwa yang dimaksudkan dengan khabar-khabar di dalam bab ini bukan hanya khabar mengenai imamah”. Seperti telah dimaklumi bahwa imamah menurut mereka telah tegas oleh nash dan penunjukan, barangsiapa mengingkarinya telah kafir berdasar ijma’ mereka.
Sebagian orang-orang Syiah moderat berusaha meninggalkan dan menghilangkan pandangan ini dari madzhab mereka, tetapi mereka diserang oleh ulama Syiah lain dan pendapatnya dicemoohkan serta dianggap perbuatan “taqiyyah”. Di antara mereka yang paling menonjol adalah Nuri At Thubrusi yang sering dipuji oleh Khomaini, pengarang buku besar di akhir abad ke-13 H “FASH LUL KHITAB FI ITSBATI TAHRIFI KITABI RABBIL ARBAB”. Dalam buku ini disebutkan (tentang penyelewengan Al Qur’an) lebih dari 2000 riwayat kuat dari buku-buku Syiah.
Riwayat-riwayat tadi menegaskan penyimpangan dan pengurangan Al-Qur’an, sehingga Al-Qur’an yang berada di tangan kaum muslimin sekarang ini tidak dapat dijadikan sandaran. Dinukil dari perkataan seorang ahli hadits Ni’matullah Al-Jazairi dalam buku “Al-Anwar” : “Bahwasanya pemuka-pemuka Syiah telah sepakat akan kebenaran khabar-khabar yang melimpah bahkan mutawatir yang menunjukkan dengan jelas terjadinya penyimpangan di dalam Al-Qur’an baik berupa perkataan, materi, i’rab dan berita itu dapat dipercaya.(2)
Anggapan ini semua adalah kekafiran yang nyata karena bertentangan dengan apa yang telah diketahui secara wajib di dalam ajaran Islam. Apakah lagi kelebihan Islam ini jika kitabnya telah diselewengkan, dirubah dan berkurang!
Tadinya kita berharap agar Khomaini tampil membantah kekafiran ini, membersihkan kitab Allh SWT., dari pada semua itu, membersihkan kitab Allah SWT., dari pada semua itu, mengutuk orang-orang yang berpandangan seperti itu; menerangkan akan kekafiran dan keluarnya mereka dari Din al-Islam. Sebaliknya justru ia kembali memperkuat keanehan aqidah ini dalam bukunya: “Kasyful Asrar”, ketika berkata: “Adalah mudah bagi mereka (maksudnya para shahabat) untuk mengeluarkan ayat-ayat ini dari Al-Qur’anil Karim, menyelewengkan kitab samawi, menutup-nutupi Al-Qur’an dan menyembunykannya dari mata sekalian. Sesungguhnya tuduhan penyimpangan yang diarahkan muslimin kepada Yahudi dan Nasrani hanyalah tepat kepada para sahabat”(3)
Ini adalah bukti otentik kekafiran yang jelas dari Khomaini dan pembatalan Islam terhadap keseluruhannya. Al-Qur’an yang bermu’jizat ini menghimpun begitu banyak mu’jizat, jika disalahkan, maka sandaran apa lagi yang memiliki kedudukan dan sandaran apalagi yang tersisa setelah itu.
___________________________Buku “Al Kafi” jilid 1 hal.: 239-241 cetakan Teheran, Kitabul Hujjah, Bab Dzikrun Al-Shahifah, Jafr, Al-Jamiah dan Mushaf Fathimah.
Buku Fashlul Khitab, jilid 30 halaman 328-329.
Buku “Kasyful Asrar” hal.: 114 dengan bahasa Parsi, dinukil dari buku Shuratani Mutadhaditani, hal. 94 cet. Oman oleh: Abul Hasan An Nadawi.
Sumber : syiahindonesia.com
Posting Komentar