Menurut Ustaz Adi Hidayat, Syekh atau Kiyai Abdul Wahab Hasbullah adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
Hal itu disinggung oleh Ustaz Adi Hidayat mengenai fenomena Wahabi di tengah-tengah masyarakat yang dinilai keras dan radikalisme.
Dalam sebuah ceramahnya yang ditayangkan oleh kanal YouTube Ceramah Pendek dengan Judul: Apa Itu Wahabi? || Ustaz Adi Hidayat LC MA, pendakwah asal Bekasi ini coba meluruskan.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan agar orang-orang tidak bermudah-mudahan menuduh seseorang dengan sebutan yang tidak diketahui asal-usulnya.
Ia pun memberikan contoh salah satu tokoh ulama Nahdlatul Ulama, Syekh atau Kiyai Abdul Wahab Hasbullah yang merupakan salah satu pendiri NU.
"Siapa wahabi yang dimaksudkan di sini? Saya tidak mengerti, karena di antara pendiri Nahdlatul Ulama pun Syeikh Abdul Wahab Hasbullah. Wahab juga namanya, hati-hati," kata Ustaz Adi Hidayat.
Jika merujuk kepada sosok Kiyai Abdul Wahab Hasbullah, tokoh ini adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yang diangkat oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014 lalu.
Kiyai Abdul Wahab Hasbullah lahir pada 31 Maret 1888 dan wafat pada 29 Desember 1971. Sosoknya dikenal seorang ulama yang berpandangan modern.
Dakwahnya dimulai dengan mendirikan media massa atau surat kabar, yaitu harian umum “Soeara Nahdlatul Oelama” atau Soeara NO dan Berita Nahdlatul Ulama.
Muhammad bin Abdul Wahab Pendiri Kerajaan Arab Saudi
Ia pun melanjutkan dan menyinggung satu nama cendikiawan Islam dari Arab Saudi yang dikenal sebagai Muhammad bin Abdul Wahab.
Kata Ustaz Adi Hidayat, sosok ulama tersebut adalah partner pendiri King Saud yang kini disebut sebagai Kerajaan Arab Saudi.
"Murid-murid para ulama dulu juga ada Muhammad Abdul Wahab, bukan partner yang mendirikan King Saud (Kerajaan Saud di Arab Saudi), sebelumnya sudah ada Muhammad bin Abdul Wahab, saya tidak tahu mana yang dimaksudkan," terang Ustaz Adi Hidayat.
Dia mengaku tak mengenal ulama asal Arab Saudi tersebut lantaran bukan pengikut dan tidak sezaman dengan Muhammad bin Abdul Wahab.
"Kalau saudara maksudnya yang mendirikan Saudi Arabia, saya bukan bagian dari itu, ya, karena saya bukan pengikut beliau, saya tidak sezaman dengan beliau, gitu kan, ya dan tidak tahu siapa beliau," kata Ustaz Adi Hidayat.
"Jadi, harus diperjelas yang membuat status (Wahabi) apa yang dimaksudkan itu. Jangan-jangan yang buat kalimat itu nggak ngerti apa isinya, hanya ramai-ramai tulis begini tulis begitu. Biasa itu, bagian dari pemanis kehidupan," tambahnya.
Ustaz Adi Hidayat menyarankan agar orang mengaji dan menimba ilmu agama kepada ulama yang benar-benar bermanfaat ilmunya.
Ia menyarankan agar berguru kepada ulama yang benar-benar mengajarkan Al-Quran dan Sunnah, sebagaimana dirinya saat ini yang dikenal dan diakui keilmuannya dalam memahami Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
"Dan yang seperti itu nggak usah dipikirin, buang-buang waktu, selesai. Jadi kalau Anda ngaji dengan siapa pun, kalau ada manfaat Anda ambil, tidak ada manfaat tinggalkan.
"Saya tidak pernah mengajarkan sesuatu, pertama membuat kelompok. Saya hanya ingin mengajarkan di Quran seperti ini, di Sunnah seperti ini, kalau menurut Anda baik silakan ambil. Kalau tidak baik tinggalkan pendapat saya," terang dia lagi.
Ustaz Adi Hidayat meminta kepada jemaahnya agar tidak membahas sesuatu yang tidak ada nilainya. Dia khawatir apa yang dibahas menjadi dosa.
"Jangan sibukan diri kita dengan membahas sesuatu yang tidak ada nilainya, yang ada hanya menghadirkan dosa dalam kehidupan, ya."
"Ngapai saling cela, saling tuduh, yang Anda pun nggak ngerti dengan tuduhannya," jelasnya lagi.
Adi Hidayat mengatakan, suatu pemahaman yang jika diamati tak sependapat, lebih baik disimpan sebagai bagian penghormatan.
"Insya Allah siapa pun ulama yang baik-baik saya akan ambil yang baik-baik. Kalau tidak sependapat, kita simpan sebagai bagian penghormatan itu saja," tukas Ustaz Adi Hidayat.
Sebelumnya ramai diperbincangkan Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) memberikan rekomendasi larangan terhadap pendakwah yang memiliki pemahaman Wahabiyyah atau disebut sebagai Wahabi.
Rekomendasi larangan terhadap pemahaman Wahabi di Indonesia itu disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah PBNU di Asrama Haji Jakarta, 25-27 Oktober 2022 lalu.
Dalam surat rekomendasi itu dijelaskan bahwa pemahaman Wahabi menjadi salah satu pintu Radikalisme yang terjadi di Indonesia.
Sehingga LD PBNU merekomendasikan larangan terhadap majelis ilmu, media online maupun media sosial yang memiliki pemahaman terhadap Wahabi.
"Lembaga Dakwah PBNU merekomendasikan kepada pemerintah (dalam hal ini Kemenkopolhukam, Kemenkumham, Kemendagri, dan Kemenag) untuk membuat dan menetapkan regulasi yang melarang penyebaran ajaran Wahabiyah," demikian bunyi rekomendasi tersebut dalam laman resmi LD PBNU.
Sumber: disway
Posting Komentar